Salah satunya adalah faktor ekonomi yang memaksa seorang anak tidak mendapatkan pendidkan yang layak.
Dengan bahasa yang lebih jelas Kemiskinan menjadi pemicunya. Beberapa orangtua menilai uang yang didapatkan dari hasil bekerja lebih baik digunakan untuk membeli bahan makanan dibandingkan disimpan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
Saat sejumlah anak-anak kesulitan mendapatkan pendidikan, ada saja yang sudah memiliki kesempatan duduk di bangku sekolah tidak dimanfaatkan dengan baik.
Bagi anak-anak seperti itu, sebaiknya melihat contoh yang diperlihatkan seorang pemuda bernama Daniel Dejapin.
Sejak usia enam tahun, Daniel harus hidup di jalan, makan dari sisa makanan yang ditemukan di tempat sampah, dan bertahan hidup dari kerasnya dunia jalanan.
Keputusan Daniel untuk memilih hidup seorang diri di jalanan dipicu oleh sikap kedua orangtuanya yang merupakan pemabuk berat.
Untuk bertahan hidup, dia menjual bunga mawar, selama menjajakan dagangannya, ia kerap mendapat perlakukan kasar baik fisik dan perkataan.
Uang yang didapatkannya dari hasil jualan bunga mawar, ia tabung untuk biaya pendidikannya.
Dia belajar dengan giat dan berhasil mendapatkan beasiswa belajar di Aguinaldo International School..
Kegigihan dan kecerdasan yang dimiliki Daniel membuat seorang guru menaruh perhatian khusus padanya.
Daniel kemudian disarankan untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah dan mengikuti seleksi beasiswa dari UWC (United World College).
Tak banyak pikir, Daniel pun mendaftar dan mengkikuti berbagai tes beasiswa,
Hingga pada pagi harim dia menerima pesan yang mengubahhidupnya.
Pesan tersebut menyatakan, dia lolos dan berhak menerima full beasiswa untuk belajar di The Robert Bosch United World College, Jerman.
sumber: tribunnews.com
loading...