Kisah Nyata, Dibantu Mahluk Ghoib, Tukang Becak Berangkat Haji Tanpa Mendaftar

Ibadah Haji menjadi salah satu rukun Islam yang menjadi cita – cita setiap muslim untuk bisa menjalankannya. Seperti yang kita ketahui, pada saat ini untuk bisa menjalakan ibadah suci ini khususnya untuk warga Negara Indonesia harus melalui proses waiting list yang cukup lama bahkan hingga puluhan tahun. Akan tetapi hal ini sepertinya tidak berlaku untuk seorang Kasrin bin Sumarto.
Anda bisa percaya atau tidak pria berusia 60 tahun asal Dukuh Gembul, Desa Sumberejo, Kecamatan Pamotan, Rembang ini. Yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak , diberitakan bisa berangkat haji meski tidak pernah mendaftarkan diri sebelumnya. 

Kisah ini begitu menghebohkan warga di sekitar kediamannya. Termasuk lokasi di mana dirinya sehari-hari menarik becak, yakni di wilayah Lasem. Pasalnya, kisah seseorang yang bisa naik haji meski tidak pernah mendaftarkan diri dan diduga dibantu makhluk lain, hanya terjadi di kisah-kisah di televisi.
Bahkan, hingga hari ini Kasrin masih berada di Mekah, bersama jutaan penduduk dunia ini, menunaikan ibadah haji. Dan di tempat tinggalnya, dia meninggalkan kehebohan tersendiri, lantara masih banyak yang tidak percaya bahwa Kasrin saat ini ada di Mekah.
Perangkat Desa Sumberejo, Kecamatan Pamotan, Siwoyo, mengaku jika dirinya ikut mengantar Kasrin berangkat haji. Tepatnya pada Selasa (23/8/2016) lalu. ”Saya memang heran. Selama ini tidak pernah terdengar kabar jika Kasrin itu hendak menunaikan ibadah haji. Kapan mendaftarnya juga tidak diketahui, termasuk juga tidak pernah ikut dalam manasik haji,” terangnya.
Namun sebagai tetangga, Siwoyo mengaku jika malam itu, dirinya bersama ratusan warga yang lain, turut mengantarkan Kasrin berangkat haji. Saat itu, Kasrin diantarkan ke Masjid Lasem, untuk bersama-sama jamaah calon haji lainnya, yang akan berangkat malam itu.
Kasrin, tukang becak warga Rembang, yang berhaji dengan bantuan mahluk halus (Koran Muria)
 ”Ada banyak orang yang mengantarkan, kok. Ada yang naik mobil seperti keluarganya, kemudian minibus, dan ada yang naik truk dump. Masih ada puluhan motor yang juga mengantarkan Kasrin ke Masjid Lasem, tempat berkumpulnya jamaah yang hendak berangkat haji,” tutur Siwoyo.
Siwoyo juga menuturkan, dirinya sebagai tetangga satu rukun tetangga (RT) yang kebetulan menjabat perangkat desa, tidak pernah merasa dimintai tolong untuk mengurus administrasi pendaftaran haji. ”Baik mulai dari desa maupun ke tingkat lainnya. Itu yang membuat heran kami. Karena kalau memang berangkat haji, biasanya kan mengurus surat-surat terlebih dahulu. Ini tidak ada sama sekali,” terangnya.
Meski dengan penuh rasa keheranan, namun para tetangga tersebut tetap mengantarkan Kasrin hingga ke Masjid Lasem. Di sinilah keanehan mulai terjadi. Kasrin diketahui tidak memakai seragam haji, layaknya calon-calon haji lainnya. Dia hanya pergi dengan membawa kemeja putih, celana hitam, peci, dan tas kecil saja. ”Pokoknya jauh dari gambaran orang yang mau haji,” katanya.
Dalam Waktu Dua Hari, Kasri Sudah Sampai ke Mekah
Kisah Kasri naik haji, memang tidak masuk akal. Diketahui tidak pernah terdaftar sama sekali sebagai calon haji asal Kabupaten Rembang, Kasri juga bisa begitu cepat sampai ke Mekah, mendahului rekan-rekan jamaah lainnya.
Kepala Desa (Kades) Kalitengah, Kecamatan Pancur, Ansori yang juga kerabat dari Kasrin, menuturkan jika malam itu, Selasa (23/8/2016) malam, dirinyalah yang mengantarkan Kasrin ke Masjid Lasem. ”Berangkat dari rumah sekitar pukul 21.00 WIB. Waktu itu, menantunya yang mau mengantar. Namun karena ada halangan, tidak jadi. Akhirnya saya yang mengantar,” terangnya.
Sambil terus menahan rasa heran karena tidak percaya Kasrin yang masih pakdenya itu berangkat haji, Ansori terus mendampingi Kasrin hingga di Masjid Lasem. Bahkan tas kecil milik Kasrin, dibawa olehnya. ”Waktu menunggu keberangkatan rombongan, tiba-tiba perut saya mules. Saya lantas minta kerabat saya lainnya bernama Lutfi, untuk menunggu pakde. Hanya saja, saat bersama Lutfi itu, pakde bilang akan keluar masjid. Alasannya beli rokok. Waktu dibuntuti Lutfi, tiba-tiba saja Pakde Kasrin sudah tidak ada. Dia menghilang begitu saja,” paparnya.
Saat sedang mencari Kasrin itulah, Ansori diberitahu bahwa orang yang dicarinya ada di bagian selatan Masjid Lasem. Tidak lama dicari ke lokasi tersebut, ada yang mengatakan jika Kasrin sudah naik bus rombongan haji asal Kecamatan Kragan/Sarang. Dia terlihat duduk di belakang sopir. Bahkan sempat melambaikan tangan berpamitan.
Keanehan lain muncul, karena sekitar pukul 23.00 WIB, Kasrin diketahui menelepon keluarganya dan mengatakan sudah sampai Lapangan Rumbut Malang atau Gedung Haji Rembng, tempat jamaah haji berkumpul. Dia bilang siap untuk diberangkatkan ke Asrama Haji Donohudan Solo. Padahal, saat itu rombongan haji dari Masjid Lasem belum berangkat. ”Soalnya, pemberangkatan haji malam itu memang akan dilakukan pukul 01.30 WIB,” kata Ansori.
Ansori makin kebingungan, karena sekitar pukul 01.30 WIB, atau pada Rabu (24/8/2016), Kasrin menelepon jika dirinya sudah akan berangkat ke Mekah. Tepatnya, Kasrin mengatakan sudah naik pesawat. Dia juga menceritakan jika duduk bersama empat orang jamaah calon haji lainnya. ”Gimana tidak bingung. Dia menelepon dan bilang ada di dalam pesawat. Padahal, setahu saya kalau di dalam pesawat, semua telepon kan harus dimatikan. Tapi dari suara-suara di pesawat, terdengar ada pramugari yang menawarkan makanan, memakaikan sabuk pengaman. Terdengar jelas,” terangnya.
Menurut Ansori, dirinya memang patutlah bingung. Pasalnya, dua hari usai keberangkatan, Kasrin mengatakan sudah ada di Mekah. Bahkan, Kasrin menelepon dirinya dan mengatakan akan pulang sebentar. Kasrin mengatakan, dirinya akan pulang sebentar, karena ada keluarga yang menginginkan dirinya pulang. ”Dia bilang ke saya, tunggu di jalan Lasem. Pas harinya saya tunggu. Eh, benar. Pakde saya itu datang membawa kardus besar. Isinya teko, cangkir, dan perabotan rumah tangga khas Timur Tengah. Yang biasa dibawa oleh-oleh haji pokoknya. Habis itu, pakde saya hilang lagi,” jelasnya.
Ansori mengatakan dirinya heran kenapa semua proses yang dijalankan Kasrin berhaji, tidak seperti calon haji lainnya. Bahkan, penggunaan telepon genggam untuk menghubungi keluarga di Indonesia, juga masih menggunakan nomor yang sama saat di Rembang. ”Saya juga pusing kalau mikirin pakde saya itu. Kemarin pakde masih menelepon, memberitahu kalau di rumah ada selamatan manaqiban. Doanya ditujukan untuk Pakde Kasrin, istrinya Jumiati, Indi yang selama ini menjadi langganan becaknya, dan Elsa serta Sutikno, orang tua dari Indi,” ujarnya.
Ada satu nama keluarga, yang diduga menjadi perantara Kasrin bisa naik haji, meski dengan proses yang sangat tidak masuk akal. Keluarga itu diketahui menjadi langganan becak Kasrin, selama dirinya bekerja di kawasan Lasem.
Menurut penuturan anak bungus pasangan Kasrin dan Jumiati yang bernama Istikomah (33), bapaknya itu sudah 19 tahun ini, menjadi tukang becak langganan seorang warga Lasem bernama Indi. ”Tapi bapak tidak pernah meminta bayaran setiapkali mengantarkan Indi ini pulang sekolah. Soalnya, 20 tahun lalu, bapak saya pernah cerita bahwa dia mimpi bertemu dengan eyang buyut sama, dan diberi pesan yang sama. Mimpinya itu berlangsung selama tiga kali,” katanya, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (10/9/2016).
Pada mimpinya itu, Kasrin diberi arahan bahwa dirinya akan mendapat langganan yang menggunakan becaknya. Yakni dua orang anak kecil, di mana salah satunya bernama Indi. Kakek buyutnya itu berpesan, agar tidak menarik ongkos dari Indi. ”Nah, pada mimpi ketiga, bapak saya diwanti-wanti, jika kemudian ditawari upah mentah atau matang, diminta untuk memilih upah matang saja. Supaya besok bisa menjadi kemuliaan,” jelasnya.
Dan benarlah kemudian, bahwa Kasrin memang mendapat langganan becak anak kecil yang bernama Indi, warga Lasem. Saat mengantarkan Indi pulang, Kasrin bertemu dengan orang tua Indi bernama Elsa dan Sutikno. Saat diberi bayaran, Kasrin menolaknya. Dan saat ditanya mau upah mentah atau matang, Kasrin mantap menjawab upah matang, sebagaimana pesan kakek buyutnya itu.
Indi menjadi langganan Kasrin dari masih usia TK hingga SMA. Atau selama 19 tahun lamanya. Selama itu pula, dia tidak pernah meminta bayaran. Sampai akhirnya, delapan bulan lalu, Kasrin mengatakan kepada istrinya jika dia akan naik haji. ”Ibu saya juga sedih. Karena mengira bapak itu mengada-ada. Lah, soalnya duit saja pas-pasan kita. Mau daftar haji dari mana. Terus kapan berangkatnya kalau begitu,” ujarnya.
Namun, Kasrin lantas memperlihatkan sesuatu yang tidak biasanya. Diketahui kemudian jika pendaftaran haji sudah dilakukan keluarga Indi, sejak tahun 2007 silam. Hanya saja, bukti itu hanya berupa tulisan tangan Indi, di atas kertas biasa. Kasrin didaftarkan haji oleh keluarga yang memiliki alamat rumah di depan MTs Negeri Lasem itu.
Keluarga bukannya tidak mengecek keberadaan keluarga Indi. Lewat salah seorang keluarga, mereka mendatangi rumah tersebut. Tapi keanehan kembali terjadi, karena saat sudah berada di depan MTs Lasem, kerabatnya itu tidak bisa mengucapkan kata apapun, untuk bertanya mengenai keluarga Indi. ”Warga sekitar saat ditanya siapa keluarga Indi ini, sama sekali tidak tahu. Mereka tidak mengetahui siapa itu Indi maupun keluarganya. Orangnya bagaimana, darimana, atau yang lainnya. Tidak ada yang tahu,” tegasnya.
Keluarga, menurut Istikomah, juga melakukan pengecekan ke kiai. Bahkan sampai ke empat orang kiai, ditanyakan soal Kasrin dan haji ini. Dari jawaban keempatnya, juga dikatakan bahwa Kasrin memang akan naik haji. ”Tapi, katanya naik hajinya bersama temannya dari bangsa lain (bangsa halus, red),” katanya.
Istikomah mengatakan, pada Kamis (9/9/2016) lalu, bapaknya itu masih menelepon dirinya, dan mengabarkan jika dirinya baik-baik saja. Bahkan, Kasrin bilang akan berkurban saat Idul Adha nanti. Padahal, saat berangkat, keluarga hanya mampu memberi uang saku kepada Kasrin sebanyak Rp 2 juta saja.
”Kami dari keluarga sudah tidak memikirkan mengenai bagaimana bapak berangkat haji. Yang penting, kami ikhlaskan saja. Ibu saya juga sedih tidak bisa makan memikirkan bapak. Tapi, sekarang sudah ikhlas. Yang penting banyak berdoa saja. Mudah-mudahan, bapak bisa selamat dan pulang ke rumah dengan sehat. Bahkan menjadi haji mabrur,” harapnya.
Terkait adanya calon haji bernama Kasrin (60), warga Dukuh Gembul, RT 3/RW 2, Desa Sumberejo, Kecamatan Pamotan, yang berangkat haji pada Selasa (23/8/2016) malam, memang menimbulkan keanehan tersendiri.
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Rembang menegaskan jika tidak ada nama Kasrin dari alamat tersebut, yang terdaftar sebagai calon haji. Staf Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Kemenag Rembang Bagian Ssistem Komputerisasi Haji Terpadu Slamet Lestari mengatakan, untuk jamaah calon haji atas nama Kasrin memang tidak ada.
”Namun, kita mempunyai 2 calon haji dari Sumberejo. Dan itupun suami istri. Hanya saja, bukan atas nama Kasrin,” katanya saat dikonfirmasi koran muria, Sabtu (10/9/2016).
Hanya saja, Slamet mengatakan jika dirinya memang sudah mendengar kabar soal Kasrin ini. Namun pihaknya menyerahkan kembali kepada masyarakat mengenai kebenarannya. ”Ya, kita serahkan kepada masyarakat untuk menilai itu. Namun untuk saat ini calon haji kita tidak ada yang namanya itu. Kalau lebih jelasnya, datang ke kantor pada Selasa (13/9/2016) saja,” katanya.
Di sisi lain, perangkat Desa Sumberejo Eko Winarto mengatakan, sikap dan perilaku Kasrin selama menjadi warga, dan hubungannya dengan warga lainnya, memang baik sekali.
”Pak Kasrin itu tidak pernah neko-neko dan pendiam. Bahkan, ada cerita yang aneh soal beliau ini. Saat warga berkumpul di Masjid Al Falah Gembul ini, dia memerintahkan salah seorang jamaah untuk mematikan lampu. Namun sebelum lampu itu dimatikan jamaah yang lainnya, -iba tiba lampu itu mati dengan sendirinya. Dan sakelarnya juga menunjukan bahwa lampu itu sudah dalam keadaan mati. Yang jelas, beliau baik sekali,” imbuhnya.
Jadi berita ini memang benar terjadi seperti yang diberitakan oleh Koran muria. Untuk percaya atau tidak semuanya kembali kepada anda masing – masing.
loading...