Yang menjadikan istimewa adalah Imam Suhendri merupakan seorang penyandang tuna netra. Dan atas nikmat dari Tuhan pada tahun ini Imam Suhendri tahun ini bisa bergabung bersama 168 ribu lebih jemaah haji Indonesia menunaikan rukun Islam yang kelima. Lantas bagaimana kisahnya?
Kepada situs merdeka, Suhendri menceritakan saat-saat yang mengharukan berada di Tanah Suci. Meski tak bisa melihat ka'bah, namun batinnya merasa dekat dan mata hatinya bisa menangkap bangunan yang menjadi kiblat umat Muslim sedunia tersebut. Ada rasa haru bercampur bahagia saat bisa melangkahkan kaki menuju Baitullah.
"Saya secara fisik memang tidak bisa melihat ka'bah. Tapi dalam hati saya, ada kontak batin dengan ka'bah," cerita Suhendri di Bandara AMAA, Madinah, di sela-sela persiapan kepulangannya menuju Surabaya, Jawa Timur, Sabtu dini hari (1/10). Suhendri tergabung dalam kloter SUB 35 bersama dengan ratusan jemaah haji asal Surabaya, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan.
Bagaimana ceritanya Suhendri yang tidak bisa melihat malah justru bisa mencium hajar aswad, dia menjelaskan saat itu sedang melakukan tawaf wada' atau tawaf perpisahan
sebelum kembali ke Tanah Air. Didampingi pasangan suami istri yang setiap hari memang mendampinginya, Yon Abdiyono dan Lia, Suhendri tanpa sengaja keberadaannya di Masjidil Haram diketahui oleh imam Masjidil Haram.
"Habis salat, saya diantar oleh imam Masjidil Haram dan dikawal oleh askar (polisi) untuk mencium hajar aswad," cerita Suhendri.
Awalnya Suhendri tak mengira dirinya bisa sampai mencium hajar aswad. Padahal, pria yang juga hafal Alquran ini sudah melakukan umroh sembilan kali selama berada di Makkah. Namun tak bersit sama sekali di benaknya bisa mencium hajar aswad.
"Ini seperti keajaiban. Saya dikawal askar dan ditemani imam Masjidil Haram mencium hajar aswad," imbuhnya.
Selama berada di Tanah Suci, Suhendri mengaku dipermudah. Ada saja orang yang membantu dirinya. Misalnya saat tawaf tiba-tiba dipapah orang tak dikenal. Meskipun sudah ada yang menemani dirinya dan memapah untuk tawaf, tapi ada saja jemaah haji lain yang bersimpati dan memapahnya mengitari ka'bah.
Menurut Lia, jemaah haji asal Mojokerto yang selalu mendampingi Suhendri, selama mendampingi Suhendri dirinya banyak mendapatkan kemudahan. Bahkan dia dan suaminya sangat bersyukur bisa mencium hajar aswad dikawal askar dan imam Masjidil Haram.
"Alhamdulillah kami bisa mencium hajar aswad. Jalannya dikasih kelapangan," kata Lia.
Selama di Arab Saudi, Lia dan suaminya mengaku terus mendampingi Suhendri baik ke masjid untuk salat, atau pun saat berada di hotel. "Kemana pun kami dampingi. Gak tega kalau ditinggal. Kecuali ke kamar mandi," cerita wanita berusia 30 tahun tersebut.
Lia mengaku tidak memiliki hubungan darah dengan Suhendri. Namun orang tua Lia kenal baik dengan Suhendri. "Awalnya orang tua saya akan menunaikan ibadah haji bersama dengan Suhendri tahun 2013 lalu. Namun seminggu sebelum berangkat, ibu saya meninggal, dan Gus Suhendri mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya tak bisa pergi ke Tanah Suci," cerita wanita dua anak ini.
"Gus Suhendri memang bukan saudara saya, tapi kenal dekat dengan orang tua saya. Makanya sekarang saya mendampinginya," imbuh Lia.
Dia pun bersyukur lantaran membantu Suhendri justru dirinya dimudahkan dalam menjalankan ibadah haji, termasuk diberi kemudahan mencium hajar aswad.
"Syukur alhamdulillah saya dimudahkan," kata Lia menutup pembicaraan.
Jemaah haji tuna netra nyaris jarang dijumpai di Tanah Suci. Penelusuran merdeka.com saat liputan haji tahun ini, belum ada ditemukan jemaah haji tuna netra selain Imam Suhendri. Tapi bukan berarti Suhendri adalah satu-satunya jemaah haji tuna netra. Kemungkinan ada yang lain, tapi belum dipastikan jumlahnya berapa.
loading...